Mama saya, seperti kebanyakan wanita wanita lain, sangat senang dengan
tanaman. Di usia nya yang separuh baya, hampir sebagian waktunya
dihabiskan
untuk mengurusi bunga-bunganya yang nyaris memenuhi seluruh halaman
rumah
kami yang luas. Setiap sore mama selalu berada di halaman belakang,
terbungkuk - bungkuk merawat bunga-bunga kesayangannya. Jika liburan
begini,
biasanya sepanjang sore kubahiskan waktu untuk memperhatikan Mama.
Terus
terang, saya senang sekali mencuri - curi pandang pada gundukan
payudaranya
yang hampir menyembul dari belahan dasternya, pahanya yang sekali-
sekali
tersingkap jika Mama menungging, atau memeknya yang membayang dari
celana
dalamnya yang jelas terlihat sewaktu Mama berjongkok.
Sewaktu waktu, dengan tidak sengaja, Mama membungkuk kearah ku yang
lagi
asyik duduk di gazebo. Kedua belah payudaranya yang tanpa beha hampir
seluruhnya keluar dari leher dasternya. Kedua putting payudaranya
jelas-jelas terlihat. Mungkin karena gerah, Mama tidak mengancingkan
hampir
separo kancing dasternya. Aku hanya bisa melongo, batang kontolku
langsung
ereksi, kalau nggak cepat cepat aku ngacir, mungkin Mama bisa melihat
separo
batang kontolku yang udah keluar dari pinggang celanaku.
Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Nggak sengaja Mama
memberikan
tontonan yang membuatku terangsang berat. Seperti biasa aku sedang
duduk
duduk di gazebo, bertelanjang dada seperti biasa, aku hanya memakai
blue
jeans ketat kegemaranku. Sambil mengembalikan kesadaranku, maklum
habis
tidur siang, aku menemani Mama di halaman belakang. Sambil ngobrol
mengenai
acara wisudaku, Mama asyik dengan bunga-bunganya. Entah kenapa,
mungkin
karena keasyikan ngobrol, Mama nggak sengaja jongkok tepat di depan
mataku.
Walaupun sedikit tertutup dengan tumpukan pupuk, dan ranting ranting
daun,
aku jelas - jelas melihat gundukan memeknya, mulus tercukur tanpa satu
helai
rambut. Ya ampun, mungkin Mama lupa memakai celana dalam !!!. Kontan
aku
jadi terangsang luar biasa. Saking terpananya, aku nggak peduli lagi
sama
batang kontolku yang udah menerobos keluar, menjulang gagah sampai ke
atas
pusarku. Aku baru sadar sewaktu Mama terbelalak melihat kontolku.
Jelas-jelas saja Mama kaget, saking panjangnya,kontolku kalo lagi
ereksi
bisa sampe ke ulu hati.
Dengan wajah merah karena jengah, aku bangkit dan ngacir ke gudang
belakang.
Di tengah kegelapan ku buka resluiting jensku dan mulai mengocok
kontolku.
Tiba tiba pintu terbuka, membelakangai sinar matahari sore - Mama
berdiri di
pintu, tangan kanannya masih memegang sekop kecil. Mama menatap kontol
raksasaku, dan jembutku yang lebat, kemudian menatap wajahku dan
badanku
yang kekar. Aku hanya bisa melongo, tanpa berusaha menghentikan
kocokan ku.
“Ya ampun !”, hanya itu yang keluar dari mulut Mama, entah apa yang
dia
maksudkan. Ku kocok sekali lagi kontolku, membiarkan Mama melihat
kedua
tanganku yang menggenggam erat pangkal dan ujung kontolku yang mulai
memerah.
Ku kocok lebih cepat lagi, sementara tangan kananku menarik celana
dalamku
ke bawah, biar Mama melihat kedua biji kontolku yang bergerak ke sana
ke
sini seirama kocokanku pada batang kontolku.
Terpana oleh pemandangan di depan matanya, atau mungkin karena melihat
ukuran kontolku yang super besar, Mama beranjak masuk sambil menutup
pintu
gudang di belakangnya. Mama mendekatiku sambil mulai melepas satu
persatu
kancing dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata Mama
tidak
memakai beha. Kedua bulatan tetek-nya benar- benar membuatku
terangsang,
walaupun sudah turun namun ukurannya hampir sebesar melon. Minimnya
cahaya
yang masuk ke gudang membuat kedua pentilnya tidak jelas terlihat
warnanya.
Mungkin coklat
kehitaman. Aku hanya bisa berkata lirih , “Oh, Mama, tetek Mama benar-
benar
hot!!”.
Dengan beberapa langkah, aku kedepan menyongsong Mama, sambil tanganku
berusaha menggapai salah satu bulatan payudaranya. Sambil berjalan,
kontolku
tegak menjulang di udara. Aku benar - benar terangsang.
Ku peluk pinggang Mama, mulutku terbuka dan lidahku menjulur keluar.
Ujung
lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mama yang besar dan kecoklatan.
Astaga… kontolku serasa akan meledak. Tergesa gesa, Aku mengisap dan
meremas
teteknya yang lain dengan tanganku. Kontolku yang terjepit diantara
perutku
dan perut Mama tiba tiba mengeras lalu… cruttttttt cruttttttt
crutttttttttt.. semprotan demi semprotan kontolku meledak menyemburkan
cairan putih kental membasahi sebagian perut dan tetek Mama.
Tanpa perubahan ekspresi, Mama dengan tenang menggenggam batang
kontolku dan
meremas ujung nya, cairan maniku keluar lagi membasahi telapak
tangannya. Di
sela sela kenikmatan yang kurasakan aku hanya bisa menatap ke bawah,
air
maniku membasahi seluruh tangan dan lengan Mama, beberapa semprotan
jatuh ke
pangkal paha Mama.
Masih di tengah keremangan gudang, tanpa banyak kata-kata, Mama meraih
tanganku dan menggosok-gosokan ke memeknya. Terasa gatal tanganku
sewaktu
telapak tanganku bergesekan dengan permukaan memeknya yang dipenuhi
bulu-bulu pendek. Seumur hidupku baru kali inilah akud dapat melihat
memek
Mama dari dekat. Belum ada lima menit, aku keluar lagi, kali ini air
maniku
menyemprot tepat di
permukaan memeknya.
Kali ini Mama memandangku sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah.
Walaupun sudah dua kali aku keluar, batang kontolku masih keras,
bahkan
semakin keras saja, agak sakit jadinya. Mama semakin membuatku
terangsang
dengan belaian-belaian tanganku pada memek dan kedua buah payudaranya.
Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum tetek Mama sementara
tanganku
yang lain meremas remas tetek yang lain. Membelai dan memencet
pentilnya
yang mengeras. Kedua tangan Mama menggenggam batang kontolku dan aku
mendorong ke memeknya
Di tengah desisan-nya Mama melenguh ketika ujung kontolku menyentuh
memeknya. Di tariknya tanganku ke dalam. Mama kemudian duduk di bibir
bak
mandi dan kemudian mengangkang-kan pahanya. Ku himpitkan badanku ke
tubuh
Mama, wajahku ku susupkan dicelah kedua bukit payudaranya.
Ku hisap yang satu.. kemudian yang lain. Tangan Mama lagi lagi
mencengkram
batang penisku dan kemudian mendorongnya masuk ke dalam memeknya.
Kurasakan
hangat dan basah, dan kemudian kudorong dengan pinggulku, hampir
setengahnya, kemudian kurasakan sudah tidak bisa masuk lagi.
“Sshh…egh..!” Mama mendesis.
Aku mulai memompa kontolku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum
kedua
teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat aku memompa, dan
kemudian
terasa aku akan keluar lagi.
Mama mulai ikut memompa, menyambut tusukkan-ku. Menggelinjang dan
mengerang.
Tidak berapa lama kemudian Mama mengerang agak keras, dan aku bisa
merasakan
badannya tergetar sewaktu ia berteriak tertahan. Batang Kontolku
kemudian
menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental keluar dari
memeknya.
Aku masih terus bertahan memompa, dan kemudian, sewaktu aku merasa
akan
keluar, kudekap pantat Mama erat-erat dan ku benamkan batang kontolku
sedalam dalamnya. Kontolku kemudian meledak, semprotan demi semprotan
air
mani keluar, jauh didalam memek Mama. Separuh orgasme, kutarik keluar
dan
kukocok, air mani keluar lagi membasahi tetek Mama. Kugosok - gosokkan
ujung
penisku di kedua pentil nya yang membesar. Kemudian kutekan kedua
bulatan
payudara Mama dan menyusupkan batang kontolku di celah antara
keduanya.
Kugosok gosok kan terus sampai air maniku berhenti keluar. Mama
tersenyum,
dagu, leher dan dada Mama penuh dengan air maniku. Entah berapa banyak
air
mani yang kusemprotkan waktu itu. Pada semprotan yang terakhir, aku
melenguh
keras. Takut jika ada yang mendengar..Mama mendekap kepalaku di
dadanya.
Setelah itu kukenakan blue jeansku, sambil tersenyum malu aku keluar
dari
gudang itu. Sewaktu menutup pintu kulihat Mama mengguyur tubuhnya dan
mulai
menyabuni pangkal pahanya. Sungguh sexy dan aku terangsang lagi.
“Mandi
berdua dengan Mama ? Wow !” pikirku. Aku masuk lagi ke dalam. Mama
melihatku
mengunci pintu dan tersenyum kearahku penuh arti.