Bercinta Dengan Perawan - 09 Dari Bagian 8 Waktu terus berlalu, akhirnya malam-pun tiba. Shanti dan Tuti keduanya menunggui Rahman di ruang tamu. Mereka duduk-duduk disana sambil makan kue-kue kecil. Akhirnya pada jam 9.20 terdengar suara klakson mobil. "Shan itu Oom Rahman pulang?" teriak Tuti. "Ayu Mbak kita kedepan membukakan pintu?" kata Shanti sambil beranjak dari duduknya. Lalu Tuti pun mengikutinya dari belakang. Setelah Rahman memarkir mobilnya di garasi, Tuti menutup pagar, lalu mereka bertiga masuk kedalam. Ketiganya langsung menuju ke kamar yang sudah disiapkan oleh Tuti. Sesampainya disana Rahman langsung mencopot pakaiannya, terus ia beranjak ke kamar mandi untuk mandi. Sementara itu Shanti menunggunya dengan hati berdebar-debar. Sambil menunggu Rahman mandi, Tuti menyetel film biru. Shanti semakin terangsang melihat adegan-adegan pada film tersebut. Ia merasakan itilnya berdenyut-denyut, puting susunya mengeras. Melihat perubahan wajah dari gadis tersebut, Tuti yang sangat berpengalaman langsung saja melumat bibir gadis itu. Perlahan-lahan Tuti mulai melepaskan pakaian Shanti. Gadis itu malah ikut membantu mengangkat pantatnya ketika Tuti melepaskan pakaiannya. Lalu setelah ia melepaskan pakaian gadis itu, ia-pun segera melepaskan pakaiannya. Akhirnya mereka berdua telanjang diatas ranjang tanpa mengenakan sehelai benang-pun. Bibir mereka saling melumat, tangan mereka saling meraba bagian-bagian sensitif, sehingga membuat mereka lebih terangsang. Pada saat rangsangan mereka mencapai puncaknya, tiba-tiba Rahman keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi kemaluannya. Segera saja kedua perempuan tersebut menyambut Rahman, mereka melepaskan handuk yang melilit di pinggangnya, lalu Shanti dengan rakus langsung mengemut kontol laki-laki tersebut. Sementara itu Tuti sibut menjilati buah zakarnya. Lalu Tuti mengajak mereka semua pindah keranjang. Kemudian Rahman mencium belakang telinga Shanti dan lidahnya bermain-main di dalam kupingnya. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Shanti mengeliat-geliat. Mulut Rahman berpindah dan melumat bibir Shanti dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulut gadis itu dan menggelitik-gelitik lidahnya. "Aaahh.., hmm.., hhmm", terdengar suara menggumam dari mulut Shanti yang tersumbat oleh mulut Rahman. Mulut Rahman sekarang berpindah dan mulai menjilat-jilat dari dagu Shanti turun ke leher, kepala gadis belia itu tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arah Rahman, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arah lelaki setengah baya tersebut. Laki-laki itu langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah payudara gadis tersebut, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Shanti yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutnya. Buah dada Shanti yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulut Rahman yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Lidahnya bermain-main pada puting buah dada Shanti yang segera bereaksi menjadi keras. Terasa sesak napas Shanti menerima permainan Rahman yang lihai itu. Badan Shanti terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan, "Ssshh.., sshh.., aahh.., aahh.., sshh.., sshh.., aduh Mbak aku engga kuat, sshh.., enaak.. Oom", mulut Rahman terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dadanya secara bergantian. Badan Shanti benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Sementara itu Tuti terus bermain-main di paha Shanti yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan, tiba-tiba jarinya menyentuh bibir kemaluan Shanti. Segera badan Shanti tersentak dan, "Aaahh.., oohh.., Mbaak..!". Mula-mula hanya ujung jari telunjuk Tuti yang mengelus-elus bibir kemaluannya. Muka Shanti yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Kedua tangan Tuti memegang kedua kaki gadis itu, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahanya lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkangan Shanti yang telah terbuka itu. Nafas perempuan itu terdengar mendengus-dengus memburu. Shanti merasakan badannya amat lemas serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang mengila, apalagi melihat tubuh Rahman yang besar berbulu dengan kemaluannya yang hitam, besar yang pada ujung kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu. Sambil memegang kedua paha Shanti dan merentangkannya lebar-lebar, Tuti membenamkan kepalanya di antara kedua paha Shanti. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan gadis belia tersebut yang yang masih rapat, tertutup rambut halus dan tipis itu. Shanti hanya bisa memejamkan mata, "Ooohh.., nikmatnya.., oohh!", Shanti menguman dalam hati, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian. "Ooohh.., hhmm!", terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya. "Mbaakk.., aku tak tahan lagi..!", Shanti memelas sambil menggigit bibir. Sungguh Shanti tidak bisa menahan lagi, dia telah diliputi nafsu birahi, perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Tuti dan Rahman yang telah bepengalaman itu. Namun rupanya mereka berdua itu tidak peduli dengan keadaan Shanti yang telah orgasme beberapa kali itu, bahkan mereka terlihat amat senang melihat Shanti mengalami hal itu. Tangannya yang melingkari kedua pantat Shanti, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Shanti dengan sangat bernafsu. Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Rahman dan Tuti ini, Shanti benar-benar sangat kewalahan dan kamaluannya telah sangat basah kuyup. "Mbaakk.., aakkhh.., aakkhh!", Shanti mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepala Tuti untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambut Tuti keras-keras. Gadis ayu yang lemah lembut ini benar-benar telah ditaklukan oleh permainan Tuti dan laki-laki setengah baya yang dapat sangat membangkitkan gairahnya. Tiba-tiba Tuti melepaskan diri, kemudian bangkit di depan Shanti yang masih tertidur di tepi ranjang, ditariknya Shanti dari atas ranjang dan kemudian Rahman disuruhnya duduk ditepi ranjang. Kemudian kedua tangan Tuti menekan bahu Shanti ke bawah, sehingga sekarang posisi Shanti berjongkok di antara kedua kaki berbulu lelaki tersebut dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Shanti sudah tahu apa yang diinginkan kedua orang tersebut, namun tanpa sempat berpikir lagi, tangan Rahman telah meraih belakang kepalanya dan dibawa mendekati kontol laki-laki tersebut. Tanpa melawan sedikitpun Shanti memasukkan kepala penis Rahman ke dalam mulutnya sehingga kontol tersebut terjepit di antara kedua bibir mungil Shanti, yang dengan terpaksa dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Shanti mulai mengulum alat vital Rahman dalam mulutnya, hingga membuat lelaki itu merem melek keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Shanti yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar. Shanti hampir sesak nafas dibuatnya. Kelihatan ia bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah Shanti menyapu kepalanya. Sementara itu Tuti sibuk menjilati buah peler laki-laki tersebut. Kadang lidahnya menyapu anus suaminya itu. Beberapa saat kemudian Rahman melepaskan diri, ia mengangkat badan Shanti yang terasa sangat ringan itu dan membaringkan di atas ranjang dengan pantat Shanti terletak di tepi ranjang, kaki kiri Shanti diangkatnya agak melebar ke samping, di pinggir pinggang lelaki tersebut. Kemudian Rahman mulai berusaha memasuki tubuh Shanti. Tangan kanan Rahman menggenggam batang penisnya yang besar itu dan kepala penisnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada klitoris dan bibir kemaluan Shanti, hingga Shanti merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Rahman terus berusaha menekan kontolnya ke dalam kemaluan Shanti yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran penis Rahman yang besar itu. Pelahan-lahan kepala penis Rahman itu menerobos masuk membelah bibir kemaluan Shanti. Ketika kepala penis lelaki setengah baya itu menempel pada bibir kemaluannya, Shanti merasa kaget ketika menyadari saluran vaginanya ternyata panas dan basah. Kemudian Rahman memainkan kepala penisnya pada bibir kemaluannya yang menimbulkan suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Dalam keadaan seperti itu, dengan perlahan Rahman menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Shanti, rambut lebat pada pangkal penis lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Shanti yang makin membuatnya kegelian, sedangkan seluruh batang penisnya amblas ke dalam liang vagina Shanti. Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Shanti terdengar jeritan halus tertahan, "Aduuh!, oohh.., aahh", disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Shanti mencengkeram dengan kuat pinggang Rahman. Perasaan sensasi luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diri Shanti, hingga badannya mengejang beberapa detik. Melihat keadaan itu, dengan sigap Tuti langsung menuju ke payudara gadis itu. Dikulumnya payudara Shanti yang sebelah kiri dengan mulutnya, lidahnya sibuk menyentik-yentik putingnya yang telah keras dan runcing itu. Sementara tangannya yang kanan sibuk memilin-milin puting susu yang sebelah kiri. Shanti semakin menggeliat. Kemudian Tuti pun berpindah ke puting sebelahnya. Perasaannya campur aduk, antara pedih dan nikmat. Rahman cukup mengerti keadaan Shanti, ketika dia selesai memasukkan seluruh batang penisnya, dia memberi kesempatan kemaluan Shanti untuk bisa menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Shanti mulai bisa menguasai dirinya. Beberapa saat kemudian Rahman mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul lelaki setengah baya itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Shanti berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penis lelaki tersebut pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas ranjang. Shanti mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah lelaki itu yang sedang menatapnya, dengan takjub. Shanti berusaha bernafas dan.. "Ooomm.., aahh.., oohh.., sshh", erangnya sementara pria tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas. Ke Bagian 10