Perselingkuhan Ibuku 02 Besok sorenya, lagi-lagi aku mandi di sungai bareng Akbar. "Tadi malam kemana lo?" pancingku. "Biasalah, tugas." Jawabnya. "Tugas apa?" "Nyari uang-lah. Ada Ibu yang gatal pengen ku entotin, kan lumayan uangnya." "Memangnya berapa Ibu sih yang biasa kau entotin?" "Cuma satu kok." "Dimana ngentotnya?" "Kau ini mau tau aja. Rahasialah." "Ya, bagi-bagi pengalaman kenapa sih." "Kecuali yang ini, bahaya." "Kapan kau ajak aku ketemu sama temanmu yang bias dipake?" "Malam minggu ini aja, gimana?" "Malam ini aja." "Nggak bisa, aku masih ada tugas." "Tugas lagi, sama Ibu itu?" "Iya, nafsunya gede lo, makanya suka nggak puas, tadi malam aja aku nggak sempat orgasme kok, mau ngelanjutin malas, nggak bawa pelicin sih, aku mau ngentotin pantatnya, kalo memeknya udah blong, nggak enak. Makanya begitu dia kelar, aku selesai juga." "Nanti malam dimana?" "Ya ampun, ya rahasialah, nanti kau ngintip pula." "Ya udah." Lalu kami mandi berdua, telanjang, kuperhatikan kontolnnya yang sering diisap Ibuku. *** Malamnya aku udah bersiap-siap dengan kamera. Jam delapan aku udah masuk kamar. Jam sembilan malam kudengar suara telepon, mungkin itu dari Akbar pikirku. Setengah jam kemudian kudengar lagi pintu belakang dibuka. Aku pikir mereka mau melanjutkan yang tadi malam di pondok. 5 menit setelah ibuku keluar, aku langusng keluar dengan menenteng kamera. Tapi di pondok tidak kudapati suara-suara maupun cahaya lilin. Aku ke belakang pondok dan melihat nyala senter di kejauhan. Aku tahu itu jalan menuju ke sungai yang melewati sawah dan kebun. Aku langsung bearnjak mengikuti cahaya itu. Untung malam purnama, jadi aku masih bisa melihat jalan. Aku semakin dekat dengan cahaya itu, kulihat Ibuku jalan sendiri, mungkin Akbar menunggu di suatu tempat. Tapi dimana, aku juga masih bingung. Mungkin di salah satu pondok di sawah. Semakin dekat ke sungai setelah melewati sebuah kebun membuat aku semakin bingung. Mau apa mereka di sungai? Jalan itu terus ku lalui, itu jalan ke sungai tempat aku dan Akbar mandi sore. Lalu kulihat Ibuku turun terus ke sungai, aku mengambil jalan lain dan mengintip dari atas. Kulihat ada nyala rokok di bawah, lalu nyala senter. Ibuku dan Akbar. Ternyata di rumput di pinggir sungai sudah ada sebuah tikar dan Akbar tengah duduk disana. Ibuku langsung menghampiri. Aku beranjak lagi sedikit ke timur supaya dapat melihat dengan jelas. Jarakku dengan mereka Cuma sekitar 6 meter. Untung suara air meredam suara derak kayu yang kuinjak. Akbar memakai celana pendek, sedangkan Ibuku seperti biasa memakai daster. Bulan diatas membuat segalanya terlihat jelas dan terang. Mereka mengobrol pelan. "Jangan-jangan anakmu tahu tentang hubungan kita." Kata Akbar. "Kok bisa?" Tanya Ibuku. "Yah siapa tahu aja, dia kan sudah dewasa, mungkin logikannya bisa sampai kesana, apalagi waktu malam di pondok itu aku mendengar langakh-langkah orang." "Kalau dia tahu, kenapa dia nggak bilang?" "Mungkin dia takut, atau malu." "Udah ah, nggak usah bahas itu." Kata Ibuku manja sambil merebahkan kepalanya di pangkuan Akbar. Akbar mengelus rambut Ibuku sambil membuang rokoknya. Lalu dia membaringkan tubuh Ibuku di tikar, dia terbaring disampingnya. Lalu Akbar mulai mengulum pelan bibir Ibuku yang membalasnya pelan. Tangan akbar bergerilya di payudara dan vagina Ibuku. Dasternya ditarik hingga terlihat CDnya. Tangan Akbar merogoh dan mengelus-elus vagina Ibuku yang masih dibalut CD. Cumbuan akbar turun ke leher dan sekitar kuping dalam Ibuku yang melenguh pelan. Rmabut Akbar diremas-remas. Cumbuan Akbar turun ke payudara Ibuku yang dilapisi daster, terus turun ke bawah, tangannya menyingkap daster Ibuku dari bawah ke atasa, ibuku sengaja mengangkat badannya hingga Akbar dengan mudah membuka seluruh daster lepas dari Tubuhnya. Kini Ibuku Cuma memakai CD dan Bra saja. Akbar membuka baju kaos dan celananya sekaligus menyisakan CD yang penisnya seolah sudah mau mneyeruak keluar. Lalu dia mencumbu kaki Ibuku pelan, menciuminya kearah atas dan bagian dalam Paha Ibuku. Semakin kedalam membuat Ibuku menggelinjang pelan. Melenguh pelan. Kaki Ibuku satu diangkat akbar dan diciuminya sampai ke pangkal paha. Sesekali digigitnya paha Ibuku. Lalu Akbar menggigit CD ibuku dan menariknya hingga terbuka lepas dari kaki. Akbar berlutut dihadapan Ibuku dan menarik kedua kakinya hingga selangkangan Ibuku menempel di selangkangannya yang menggumpal. Akbar mengeluarkan penisnya dari CD dan menggesek-gesekkannya ke vagina Ibuku pelan. Dengan kepala penis dia memainkan klirotis Ibuku. Ibuku mencoba menyodok penis Akbar, namun akbar memang sengaja Cuma menggesek-gesekkan saja. Aku sudah membuka celana pendekku hingga penisku muncrat keluar. Kamera dan tripod sudah stand by. Sesekali aku memotret pose mereka dan setelah itu sibuk dengan penisku sendiri. Setelah itu, Akbar menjilati vagina Ibuku yang sudah basah, semakin membuat dia menggelinjang dan mengerang hebat. "Akbarr.. hhmmhhmm.." erangnya membuat Akbar semakin binal. Lidahnya dijulurkan kedalam vagina Ibuku sementara tangannya meraih payudara. Setelah puas dan Ibuku terlihat hampir orgasme, giliran payudara yang dikulum Akbar. Putting susu ibuku dijilati dan diemut perlahat. Sesekali digigit dan ditarik keatas. Lalu kembali mereka berkuluman mesra. Penis Akbar yang sejak tadi sudah keluar dari CD, menempel di perut Ibuku. Akbar beranjak dari tikar, berdiri dan membuka CDnya, lalu berjalan ke arah sungai, diikuti Ibuku yang membuka Branya lalu jalan telanjang ke arah sungai. Akbar menceburkan dirinya di sungai yang dalamnya cuma sebatas lutut itu. Lalu duduk disana menunggu Ibuku yang berjalan kearhanya. Ibuku menceburkan dirinya juga di dekat Akbar. Setelah sama-sama basah, Akbar memeluk Ibuku, mereka saling berhadapan. Ibuku duduk diatas paha Akbar. Aku membayangkan penis Akbar yang menempel di selangkangan Ibuku di dalam air dan membayangkan sensasi badan mereka yang basah dan licin. Mereka saling berkuluman sambil tangan masing-masing bergerilnya di berbagai tempat. Ibuku mencondongkan tubuhnya ke belakang saat Akbar mencumbui perut dan payudaranya. Lalu akbar membalikkan posisi. Dia berada di belakang Ibuku dan meremas payudaranya dengan mesra sambil mencumbui leher belakang Ibuku. Tangan Akbar meremas-remas payudara Ibuku dengan geraka memutar dan sesekali mencubit pentilnya. Satu tangan memainkan klirotis Ibuku di dalam air. Mereka berbalik lagi, Akbar berlutut dihadapan Ibuku hingga penisnya terlihat jelas, Ibuku mengerti, lalu meraihnya dan mengelus pelan sambil menjilati bibir Akbar. Lalu cumbuan terus turun ke leher dan dada Akbar yang bidang menuju penisnya yang menantang. Ibuku menunduk dan menjilati kepala penisnya yang merah kecoklatan. Seperti menjilati es krim, sesekali buah pelir Akbar diisapnya pelan. Akbar mencengkeram rambut Ibuku. Lalu pelan Ibuku memasukkan seluruh penis Akbar kemulutnya dan Akbar mulai mengocoknya pelan. Pinggulnya digoyang-goyangkan. Ibuku memegangi pinggang Akbar. Kupandangi wajah Akbar yang menikmati kuluman. Lalu dia melepas penisnya dari mulut Ibuku dan menuntun Ibuku berjalan ke pinggir sungai yang agak tinggi. Lalu ibuku dituntun untuk duduk disana, lalu kudua kakinya. *** 3 hari sesudah kejadian di sungai, Ayahku pulang. Karena libur, aku dan adikku biasanya bangun jam 9 atau jam 10 pagi setiap hari. Tapi hari itu aku kudu bangun pagi karena mau pergi jalan-jalan barengan temanku termasuk si Akbar. Makanya jam 5 pagi aku terbangun dan langsung mau mandi. Kamar mandi rumahku dekat dengan dapur. Waktu aku mau melewati dapur kulihat ibuku sedang masak, sementara ayahku ada dibelakanganya sedang memeluk Ibuku yang menghadap meja, mungkin sedang mengoles roti, mereka membelakangiku. Kulihat ayahku menciumi tengkuk Ibuku dan tangannya memeluk dan sepertinya meremas payudara Ibuku. Aku langsung mengambil posisi yang enak untuk mengintip kelanjutan kegiatan mereka. Kudengar suara kecupan-kecupan ayahku di leher dan tengkuk ibuku. Lalu Ibuku berbalik dan mereka berciuman dengan liar. Tangan ayahku meremas kedua belah payudara ibuku yang hanya memakai daster. Tangan ibuku masuk ke dalam celana pendek yang dipakai ayahku dan meremas bokongnya. Mereka terus berciuman, ayahku menciumi leher ibuku sambil tangannya masuk ke selangkangan ibuku yang dasternya diangkat keatas. Lalu ayahku menarik daster ibuku ke bawah hingga nampak payudaranya menggantung dan langsung dilahap ayahku. Putingnya dijilat dan dihisap membuat ibuku menggelinjang kegelian. Mulutnya mendesah-desah sementara tangannya meremas rambut ayahku yang semkain ganas manciumi perut ibuku dan terus turun ke selangkangannya yang juga ternyata nggak pake CD. Ayahku melahap vagina ibuku sambil tangannya meremas payudaranya. Lalu ayahku berdiri dan mengambil selai kue dari meja dan mengoleskannya di vagina ibuku, kemudian menjilatinya pelan. Ibuku semakin menggelijang hebat. Ayahku menarik semua daster dari tubuh ibuku dan menaikkan tubuh ibuku ke meja, lalu mengangkangkan kakinya. Ia sendiri membuka celana pendek yang dipakainya, lalu CD putih yang sedikit basah diujung penisnya. Penis ayahku hitam kecoklatan dan nggak terlalu besar, masih besar punya Akbar dan punyaku juga. Ibuku memegang pundak ayahku waktu ayahku mendekat dan mencoba menusukkan penisnya ke vagina ibuku yang kakinya mengangkang. Lalu pelan ayahku mulai mengocok penisnya pelan. Tubuh mereka bergoyang-goyang, juga meja. Sambil menggoyang, ayahku memegang paha ibuku dan sambil menjilati payudaranya yang terguncang-guncang. Tangan ibuku menumpu ke belakang. Tubuhnya terguncang-guncang oleh goyangan pantat ayahku di selangkangannya. Ia mendesah-desah. Lalu tiba-tiba kaki ibuku memeluk tubuh ayahku yang terus menggoyang-goyang, ibuku memeluk ayahku dan ayahku sepertinya tahu kalau ibuku mau orgasme, lalu dia menghentikan kocokannya dan menciumi bibir ibuku pelan. Mereka berciuman, namun kali ini pelan dan penuh perasaan. Lalu ayahku menggendong tubuh ibuku dan membawanya ke ruang tamu, aku cepat-cepat sembunyi di balik tirai supaya tidak ketahuan. Ayahku lalu duduk di sofa dan membiarkan ibuku naik ke pangkuannya. Aku melihat pemandangan itu dari posisi samping, hingga bias kulihat jelas waktu penis ayahku masuk ke vagina ibuku. Dengan posisi saling memangku dan berhadap-hadapan, ibuku menggoyangkan pantatnya di atas ayahku yang sibuk menjilati payudaranya. Tangan ibuku menumpu pada pegangan sofa, ayahku memegani punggung ibuku dan mengusap-usapnya. Ibuku terus mengocok vaginanya di penis ayahku sambil melenguh dan mengerang. Goyangan ibuku semakin kecang dan membuat ayahku melenguh keras dan menggigit payudara ibuku yang tepat dihadapannya. Lalu tubuh ibuku mengejang dan dia menjerit tertahan, lalu kocokannya berhenti. Ternyata dia sudah orgasme. Tapi ayahku belum. Ibuku bangkit dari tubuh ayahku dan duduk disampingnya. Lalu menunduk dan mengulum penis ayahku yang masih tegak. Ayahku mengangkangkan kakinya, ibu pindah ke bawah kursi persis diantara kedua kaki ayahku.